Mulai Dengan Rp 100 Ribu/ Bulan

Mulai Dengan Rp 100 Ribu/ Bulan
  • home
Home » » Hal - Hal Yang Membuat Galau Berinvestasi Di Pasar Modal

Hal - Hal Yang Membuat Galau Berinvestasi Di Pasar Modal

Pasar modal adalah sumber bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan modal.Di Indonesia belum banyak investor lokal yang berinvestasi di pasar modal. Menurut data bisnis.liputan6.com (17 September 2014) jumlah modal asing yang masuk ke pasar modal Indonesia adalah Rp 54 Triliun. Dan data kepemilikan saham asing di BEI adalah 64 % dari total saham yang dipedagangkan. Dari sudut pandang bursa modal asing sebesar Rp 54 Triliun adalah hal yang positif untuk menambah gairah perdagangan saham. Tetapi dari sudut pandang pemerintah Indonesia besarnya porsi asing akan kepemilikan saham di Indonesia berpotensi membuat guncangan ekonomi. Karena dana asing dianggap sebagai "hot money". Sedikit saja isu negatif di bidang politik dan keamanan akan membuat dana asing tersebut akan "kabur" dan akan memberik guncangan terhadap perekonomian Indonesia.

Untuk itu pemerintah mengharapkan investor lokal khususnya masyarakat Indonesia lebih berperan aktif di pasar modal. Karena investor lokal lebih kebal terhadap sentimen-sentimen negatif dan lebih arif dalam menyikapi masalah politik dan keamanan dalam negeri. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa investor lokal berpotensi menguasai pasar modal dalam negeri ke depannya.


Mengapa banyak masyarakat Indonesia kurang tertarik atau bahkan ragu untuk berinvestasi di pasar modal. Ada banyak alasan untuk hal itu, yang utama adalah kurangnya  pengetahuan dan kurang mendapat sosialisasi tentang informasi pasar modal. Berikut beberapa hal yang meragukan dan membuat galau para calon investor untuk berinvestasi di pasar modal :

Pasar Modal Memiliki Resiko Yang Tinggi

Bursa saham selalu bergerak berfluktuasi. Pergerakan harga saham tidak selalu ditentukan oleh kinerja suatu perusahaan. Faktor-faktor eksternal seperti isu politik dan keamanan akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan harga saham. Investor yang memiliki cukup pengetahuan ekonomi dan bisa menganalisa saham akan bisa menentukan kapan harus membeli dan menjual untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian. Jika membeli suatu saham investor yang berpengalaman akan melakukan analisa terlebih dahulu terhadap perusahaan. Investor yang sering mengalami kerugian adalah investor yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk berinvestasi di pasar saham, tidak melakukan analisa yang maksimal terhadap saham incaran cendrung mengikuti arus. Dan yang paling fatal dana yang digunakan untuk investasi saham bukanlah dana yang "free". Maksudnya jika ingin berinvestasi gunakanlah kelebihan dana atau dana tabungan yang belum ditentukan kegunaanya dalam waktu dekat. Investasi saham identik dengan investasi jangka panjang. Sebagai contoh, investor menggunakan dana untuk liburan di awal bulan untuk membeli suatu saham. Dan di akhir bulan investor menarik kembali dana tersebut untuk keperluan biaya liburan yang dijadwalkan di akhir bulan. Dalam waktu sebulan fluktuasi saham tidak bisa ditebak, jika di akhir bulan harga saham turun agak dalam tentu investor akan megalami kerugian ketika menguangkan kembali sahamnya.

Untuk itu perlu perencanaan yang matang untuk berinvestasi di pasar saham. Jika investor sudah siap secara dana untuk berinvestasi saham, tetapi masih ragu karena menganggap kurangnya pengetahuan investor bisa memilih opsi membeli produk reksadana saham yang dikelola oleh Manejer Investasi berpengalaman. Untuk hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di artikel lain di blog ini.


Perlu Dana Dalam Jumlah Besar Untuk Berinvestasi Di Pasar Modal

Saham dibeli ke broker saham, jika dulu broker saham menyaratkan minimal jumlah Lot saham (sekarang 1 Lot = 100 lembar saham) yang cukup tinggi. Sekarang banyak perusahaan - perusahaan broker menurunkan batas minimal pembelian saham. Beberapa broker bahkan membolehkan investor perorangan untuk membeli 1 Lot saham sajam. Jika misalnya nilai saham incaran adalah Rp 1000,- maka investor hanya perlu menyiapkan dana sebesar Rp 100 ribu untuk membeli satu Lot saham.



Demikian juga dengan produk reksadana, untuk menarik investor ritel atau masyarakat umum berinvestasi di pasar modal banyak Manejer Investasi memberikan produk-produk yang menarik. Produk Reksadana berjenis IMD (Investasi Masa Depan) berjangka sekarang bisa di beli dengan minimal pembelian Rp 100 ribu setiap bulannya.

Dari keterangan di atas untuk memulai investasi di pasar modal tidaklah membutuhkan dana yang besar. Beberapa orang berpendapat bahwa berinvestasi bisa dilakukan ketika sudah kaya dan pendapat itu kurang tepat. Berinvestasilah jika ingin kaya !

Tidak Memiliki Pengetahuan Yang Cukup

Jika investor menganggap dirinya belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk berinvestasi di pasar modal, maka investor tersebut adalah investor yang bagus. Artinya dia mengenal kekurangan yang ada pada dirinya. Jika investor tertarik untuk berinvestasi saham misalnya, tetapi masih ragu karena kurangnya pengetahuan, gunakanlah pihak lain yang lebih berpengalaman. Manejer Investasi adalah pihak yang tepat sebagai partner investor pemula untuk berinvestasi di pasar saham. Pilihlah produk reksadana saham yang memberikan imbal hasil yang sesuai dengan rencana investasi investor. Informasi berbagai Perusahaan Manejer Investasi dan aneka produk reksadana bisa diperoleh dengan mudah sekarang. Investor bisa mempelajari dengan mudah rekam jejak Manejer Investasi dan kinerja produk reksadananya dan mendapatkan informasi tersebut di internet atau media masa lainnya.

Tidak Memiliki Cukup Waktu Untuk Selalu Memonitor Pasar Modal

Jika membeli reksadana investor tidak perlu setiap saat memonitor pergerakan instrumen investasinya. Manejer Investasi akan megurus semuanya. Investor akan diberikan laporan kinerja produk setiap bulannya. Dengan membaca laporan bulanan  investor bisa memutuskan apakah akan menambah atau mengurangi nilai investasinya pada produk reksadana tersebut. Sebagai contoh, laporan bulanan Manejer Investasi biasanya disertakan dengan analisa kondisi ekonomi makro. Jika dalam analisa laporan bulanan  disebutkan ekspor akan melambat pada akhir tahun, jika ekspor melambat maka keuntungan perusahaan yang berbasis ekspor akan menurun dan berpengaruh terhadap harga saham. Dari hal itu investor bisa memutuskan mengalihkan investasi di reksadana saham ke reksadana pendapatan tetap yang jauh lebih stabil.

Selamat Berinvestasi

Statistic Pengunjung